Penyebab banjir bandang di Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Minggu (17/3/2019) dini hari, segera diselidiki dan diverifikasi di lapangan. Verifikasi, di antaranya, memastikan dugaan adanya longsoran yang membentuk tanggul alami sebelum jebol karena hujan lebat beberapa jam sejak Sabtu malam.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi mengirim tim ke lokasi banjir di Distrik Sentani. Tim meneliti penyebab bencana, sekaligus untuk mengetahui ancaman banjir susulan dari Pegunungan Cycloop.
Di Bandung, Jawa Barat, Senin (18/3), Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG Agus Budianto mengatakan, tim akan memverifikasi dugaan itu. ”Setelah menggambarkan lokasi secara faktual, akan dikaji ancaman banjir bandang menerus atau berhenti,” ujarnya.
Tim PVMBG akan memantau kondisi hulu sungai. Dengan lereng terjal dan musim hujan yang masih berlangsung, aliran air sungai dalam debit tinggi masih berpotensi terjadi. Ancamannya kian besar karena permukiman berada di mulut lembah yang jadi aliran air.
Dihubungi dari Ambon, Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili mengatakan, ada potensi hujan tiga hari ke depan di Papua, termasuk Jayapura. ”Hujan biasanya malam dan sangat lebat. Ini masih membahayakan,” ujarnya.
Menurut data Posko Induk Penanganan Bencana, hingga pukul 18.00 WIT, jumlah korban meninggal 82 orang dan 43 warga belum ditemukan. Sebanyak 75 orang luka ringan dan 84 warga luka berat. Ratusan bangunan juga rusak.
Kondisi pengungsi
Hingga Senin sore, sejumlah pengungsi masih ingin mengungsi ke posko di dataran tinggi. Mereka takut banjir susulan.
Ratusan warga yang rumah mereka luluh lantak juga ingin mengungsi di Posko Induk Penanggulangan Bencana Gunung Merah Kantor Bupati Jayapura. Padahal, posko itu sudah penuh. Mereka akhirnya dipindahkan ke pos Puspenka Hawai.
Hingga Senin pukul 18.00 WIT, jumlah pengungsi mencapai 5.931 orang. Di Posko Induk Gunung Merah, salah satu lokasi yang paling banyak menampung pengungsi, ada 1.391 orang. ”Kami masih trauma, tak ingin hanyut terbawa banjir susulan. Kami ingin menumpang tidur di Posko Induk yang lokasinya cukup tinggi,” ujar Kayus Wesabla, warga dari Distrik Sentani, Jayapura.
Sebelumnya, Kayus mengungsi di Posko BTN Permata Hijau di dataran rendah. Bersama warga lain, ia berjalan kaki menuju Posko Induk. Mereka disarankan pindah ke pos pengungsian Puspenka Hawai.
Isai, warga Distrik Sentani, juga masih takut karena kerabatnya hanyut diterjang
banjir. Ia ingin menumpang di Posko Induk. ”Saya juga mengungsi di Posko BTN Permata Hijau. Bantuan makanan memang tak terkendala, tetapi saya takut banjir susulan,” katanya.
Kepala BPBD Provinsi Papua Welliam R Manderi menjelaskan, ada 12 pengungsian yang ditetapkan tim gabungan. Ia menjamin lokasi itu aman dari banjir susulan. ”Jika ada posko yang sudah tak bisa menampung, kami pindahkan ke posko lain,” ujarnya.
Beberapa lokasi dijadikan pengungsian, seperti sekolah, tempat ibadah, panti jompo, asrama, Resimen Induk Kodam, dan perumahan warga. Pos dengan jumlah pengungsi paling banyak terletak di BTN Gajah Mada, yakni 1.450 orang.
Ketua RT 001 BTN Gajah Mada, Jayapura, Pieter mengatakan, pengungsi membutuhkan listrik dan air bersih karena sudah dua hari listrik padam. Daerah BTN Gajah Mada terdampak luapan Muara Kali Yahim. ”Distribusi makanan dan pakaian sudah kami terima,” ujarnya.
Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Papua, Kolonel (Inf) Muhammad Aidi mengatakan, distribusi makanan dan logistik ke 12 posko pengungsian berjalan lancar. TNI juga menyiapkan dua dapur umum.
Kepala Polres Jayapura, selaku ketua tim penanggulangan bencana, Ajun Komisaris Besar Victor Mackbon menjelaskan, ada distrik terdampak banjir, tetapi belum mendapat bantuan, yaitu Distrik Ravenirara, Kabupaten Jayapura. ”Ke sana harus melalui jalur laut sekitar 1 jam 30 menit dari Distrik Depapre. Kami coba kirim dengan helikopter,” ujarnya.
Hingga kemarin, lalu lintas di beberapa ruas jalan utama masih macet karena lumpur. Sejumlah alat berat dikerahkan mengevakuasi dan mengangkut endapan lumpur, seperti di Kampung Doyo, Jalan Kemiri, dan Jalan Raya Abepura-Sentani.
Rencana penyelamatan
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo menuturkan, BNPB akan membicarakan sejumlah langkah penyelamatan di Pegunungan Cycloop yang kritis. Pembahasan bersama pemerintah daerah itu dilakukan Senin malam.
Langkah pasti adalah penghijauan di kawasan gundul akibat penebangan pohon untuk kayu bakar dan pembukaan lahan untuk kebun. ”Itu termasuk rekomendasi normalisasi sungai-sungai yang beberapa tahun ini tidak ada air dan ditimbun,” kata Doni.
Untuk penghijauan, ribuan pohon dikirim dari Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Menurut rencana pohon-pohon itu akan ditanam massal pada 5 April 2019.
Agus Budianto dari PVMBG mengatakan, temuan tim verifikasi di lapangan akan menghasilkan rekomendasi pemanfaatan lahan di lokasi bencana. Yang pasti, Sentani masuk zona merah gerakan tanah. Artinya, potensi longsornya menengah hingga tinggi.
Namun, longsor tak hanya dipengaruhi kondisi geologi. Ada parameter lain, di antaranya kemiringan lahan, tutupan lahan, dan curah hujan. ”Tata ruangnya juga perlu diperhatikan. Apakah permukiman itu memungkinkan tetap ada di mulut lembah atau harus direlokasi?” ujarnya.
(DVD/TAM/FRN/AIK/YUN)..............SUMBER, KOMPAS, SELASA 19 MARET 2019, HALAMAN 1
Copyright © Perpustakaan Emil Salim 2018