Banjir bandang di tepian sungai Bohorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, telah berlalu. Namun sebuah tragedi banjir di kawasan ekowisata Bukit Lawang, minggu (2-11-2003) malam itu, tentu tidak dapat dilupakan begitu saja. Kawasan itu porak-poranda hanya dalam beberapa jam. Tercatat sebanyak 157 orang tewas, termasuk enam turis mancanegara, sedang 82 orang lainnya hingga kini masih dinyatakan hilang. Banjir bandang di Bohorok yang telah menewaskan ratusan orang itu memang membuka persoalan sebab musabab yang belum bisa dibuktikan. Meski ada juga kalangan terutama di masyarakat setempat menilai tragedi itu merupakan merupakan kutukan akibat terjadinya penyelewengan fungsi kawasan wisata menjadi kawasan \"dunia remang-remang\", ditandai dengan menjamurnya wanita-wanita penghibur di beberapa tempat penginapan.
Namun faktor yang merupakan bencana alam murni atau justru disebabkan degradasi di daerah hulu akibat maraknya illegal logging (pembalakan liar), lebih dominan diperdebatkan meski belum tetap menunjukkan jalan titik terang. Namun sayangnya hingga kini seperti belum pernah muncul, apakah benar ada tim pencari fakta pemerintah atau pihak lain yang turun ke lokasi itu. Sehingga secara pastinya pihak yang sebenarnya harus tanggung jawab, atau yang sekedar mencari kambing hitam masih berada di awang-awang…..Suara Pembaruan, 20 Januari 2004, hal. 4