Perpustakaan Emil Salim

Sekertariat Jenderal
Pusat Data dan Informasi
Bidang Pengelolaan Informasi

Perpustakaan

PERMOHONAN MAAF KAMI SAMPAIKAN KE SELURUH ANGGOTA PREMIUM JIKA ADA FILE YANG TDK DAPAT DIUNDUH. DIMOHON UNTUK MEMBERITAHUKAN VIA EMAIL KE : emilsalimlibrary@gmail.com DAN KAMI AKAN MENGIRIMKAN FULLTEKS KE EMAIL ANGGOTA -

PERUBAHAN IKLIM : TARGET MENEKAN EMISI SULIT TERCAPAI

PERUBAHAN IKLIM : TARGET MENEKAN EMISI SULIT TERCAPAI

PERUBAHAN IKLIM : TARGET MENEKAN EMISI SULIT TERCAPAI

Komitmen Pemerintah Indonesia menurunkan emisi gas rumah kaca 29 persen hingga tahun 2030 dan 41 persen dengan bantuan internasional dinilai sulit tercapai. Sebab, implementasinya terbatas skala sektoral dan tak ada sinergi antarsektor dalam aksi perubahan iklim secara nasional.

Direktur World Resources Institute Indonesia Nirarta Samadhi mengungkapkan hal itu dalam temu media, Rabu (14/11/2018), di Jakarta. Pertemuan itu diadakan WRI Indonesia dan Society of Indonesian Environmental Journalist.

Menurut Nirarta, aksi perubahan iklim seperti kehutanan dan pertanian, sumber daya air, energi, serta transportasi seharusnya di bawah komando presiden. Selain itu, perlu dukungan tim yang memberi masukan dan evaluasi kepada presiden.

Pada evaluasi program penurunan gas rumah kaca (GRK) saat ini dengan memasukkan pencapaian penurunan GRK tiap negara, pada 2030 pemanasan global diprediksi lebih dari 1,5 derajat celsius. Laporan Khusus Panel Ahli Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) menunjukkan, dunia akan menghadapi dampak buruk jika kenaikan suhu Bumi 1,5 derajat celsius dan lebih buruk lagi jika mencapai 2 derajat celsius.

Dampak buruk terjadi antara lain gelombang panas ekstrem lima tahun sekali melanda 37 persen populasi dunia. Kekeringan di Mediterania dan Afrika bagian selatan akan jauh lebih tinggi, curah hujan dan banjir lebih tinggi di dataran tinggi di Asia Timur dan Amerika Utara bagian timur serta kenaikan limpasan hujan dan banjir.

”Jika kita tak ada mitigasi dan adaptasi, ketahanan pangan, energi, air akan terganggu beberapa dekade nanti,” ujarnya.”Riset WRI Indonesia menunjukkan potensi mitigasi karbon dioksida dari kebijakan nasional sektor lahan dan energi, termasuk restorasi lahan gambut, belum mencapai komitmen iklim Indonesia,” kata Arief Wijaya, Senior Manager Forests Climate.

Jangka panjang

Tiap negara dituntut membuat strategi jangka panjang hingga 2050. Kini baru 10 negara dari 190 negara memiliki rencana aksi jangka panjang. Di Bappenas ada pemodelan dinamis untuk penanganan dampak perubahan iklim, termasuk reduksi emisi GRK. Indonesia 2045 disusun dan perlu memasukkan rencana aksi mitigasi serta adaptasi perubahan iklim jangka panjang.

Pada Pertemuan Para Pihak (COP) ke-24 akan diadakan di Katowice, Polandia, 3-14 Desember, Nirarta memperkirakan target baru penurunan emisi ditetapkan. Targetnya lebih tinggi dari 29 persen, kemungkinan jadi 40-50 persen. Indonesia ikut komitmen dunia itu......................SUMBER, KOMPAS, KAMIS 15 NOPEMBER 2018, HALAMAN 14

Copyright © Perpustakaan Emil Salim 2018