Perpustakaan Emil Salim

Sekertariat Jenderal
Pusat Data dan Informasi
Bidang Pengelolaan Informasi

Perpustakaan

PERMOHONAN MAAF KAMI SAMPAIKAN KE SELURUH ANGGOTA PREMIUM JIKA ADA FILE YANG TDK DAPAT DIUNDUH. DIMOHON UNTUK MEMBERITAHUKAN VIA EMAIL KE : emilsalimlibrary@gmail.com DAN KAMI AKAN MENGIRIMKAN FULLTEKS KE EMAIL ANGGOTA -

BENCANA SUSULAN MENGINTAI

BENCANA SUSULAN MENGINTAI

BENCANA SUSULAN MENGINTAI

Penyintas bencana di Kecamatan Culamega, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, masih rentan dilanda banjir dan longsor susulan.

Selain tanpa tempat pengungsian ideal, mereka juga nekat pulang untuk menjemur padi hasil panen dan memelihara ternak.

Banjir dan longsor yang melanda Kecamatan Culamega, Selasa (6/11/2018), memorakporandakan dua desa, Cikuya dan Bojongsari. Tiga warga tewas
dan ratusan orang lainnya mengungsi. Selain merusak rumah, longsor juga memutus jalan penghubung antardusun dan desa. Hingga hari kelima pascalongsor, besaran kerugian masih didata.

Kepala Desa Cikuya Aang Suwarya, Minggu (11/11), mengatakan, warga terdampak tidak bisa pergi meninggalkan daerahnya. Akibatnya, sebagian besar mengungsi di Pondok Pesantren Bengbeu dan rumah tetangga.

”Jalan yang longsor adalah akses satu-satunya keluar masuk dusun. Jika belum bisa dibuka, warga masih sulit pergi ke daerah yang lebih aman,” tutur Aang.

Kondisi itu juga yang memicu warga nekat pulang, terutama saat pagi hingga siang hari. Mereka beralasan mengurus hasil panen dan menjaga ternak.
Nia (30), warga Dusun Sindangsari, Desa Cikuya, memilih pulang karena harus menjemur padi yang baru dipanen.

Menjelang sore, ia kembali ke pondok pesantren yang berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya. ”Cuma dari padi saya bisa berpenghasilan. Kalau busuk, saya nanti mau makan apa,” katanya.

Dedi Mulyadi (47), pemimpin Pondok Pesantren Bengbeu, mengatakan, pihaknya menampung 200 warga Dusun Lengkajaya dan Dusun Sindangsari. Semuanya warga yang rumahnya terancam longsor susulan karena berada di bawah tebing dan dekat sungai yang rentan banjir. ”Mereka tidur di ruang kelas dan tenda polisi yang berada di halaman pesantren,” ujarnya.

Ahmad (80), warga Dusun Lengkajaya, tinggal di pesantren sejak lima hari terakhir. Ia sangat ketakutan banjir dan longsor bakal datang lagi. Ahmad baru pertama kali melihat kejadian bencana sebesar itu.

”Di sini memang kurang nyaman karena sangat dingin kalau malam hari, tetapi saya tidak punya pilihan,” kata Ahmad.

Selain sekolah, sebagian warga Cikuya juga mengungsi ke rumah tetangga. Salah satunya Taufik (42), warga Dusun Pancatengah. Rumahnya rusak diterjang longsor.

Namun, pilihan itu bukan tanpa risiko karena tinggal sementara di rumah dekat tebing tanah curam. ”Saya pasrah. Aman atau tidak urusan nanti. Sudah tidak tahu mau ke mana lagi,” ujarnya.

Camat Culamega Kasminto Harjo memaparkan, risiko bencana susulan masih tinggi. Hujan deras masih turun sepanjang hari. Banyak warga juga tinggal di perbukitan rawan longsor.

”Kami tetap mewaspadai longsor dan banjir karena setiap desa memiliki permukiman yang dekat tebing tanah,” katanya.

Selain mewaspadai hal itu, Kasminto juga tengah berusaha membuka kembali jalan yang putus. Dia berharap hal itu bisa memudahkan lalu lintas warga dan penyebaran logistik.

Tutup jalan raya

Arus lalu lintas di kawasan Gentong, Kabupaten Tasikmalaya, kembali dibuka dua jalur pada Minggu siang. Sebelumnya, Polresta Tasikmalaya menerapkan sistem buka tutup jalan pascatanah ambles sepanjang 30 meter dan kedalaman 13 meter, Sabtu pagi.

Kepala Satuan Lalu Lintas Polresta Tasikmalaya Ajun Komisaris Andriyanto mengatakan, akses dua jalur ini dibuka menggunakan bahu jalan yang dipadatkan. Namun, untuk menjamin keselamatan pengguna jalan, ia berharap langkah perbaikan segera dilakukan.

”Jalur ini vital menghubungkan Bandung dan Jawa Tengah. Harapannya, sebelum arus Natal dan tahun baru semuanya bisa diperbaiki,” katanya.

Dari Kabupaten Cianjur dilaporkan, hujan deras memicu longsor di tebing Cicatang, Kampung Cigarogol, Kecamatan Naringgul, Sabtu (10/11) malam. Tidak ada korban akibat kejadian itu, tetapi akses jalan dari Kabupaten Bandung menuju Cianjur selatan terputus tertutup material longsor.

Pengendara yang melintas harus mencari jalan alternatif atau menunggu petugas membersihkan material longsor.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Cianjur Sugeng Supriyanto mengatakan, material longsor itu setinggi 4 meter dengan panjang 60 meter.

Hingga Minggu sore, pihaknya bersama Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta kecamatan setempat masih berupaya membersihkan material longsor itu.(RTG/TAM/CHE)............SUMBER, KOMPAS, SENIN 12 NOPEMBER 2018, HALAMAN 20

Copyright © Perpustakaan Emil Salim 2018